Daily News | Jakarta – Intinya yang bisa saya sampaikan adalah Prabowo-Gibran tidak akan menaikkan tarif pajak. Prabowo-Gibran juga tidak akan mengejar rakyat banyak, apalagi mahasiswa, apalagi pemilik motor.
Pernyataan Drajad Wibowo, ekonom sekaligus politikus PAN, kembali menjadi sorotan publik. Dalam sebuah pernyataan pada Januari 2024, beberapa hari sebelum Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, ia dengan tegas menyatakan bahwa pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tidak akan menaikkan tarif pajak jika terpilih sebagai pemimpin Indonesia.
Bahkan, ia menekankan bahwa kebijakan tersebut tidak akan menyasar rakyat kecil, termasuk mahasiswa dan pemilik sepeda motor. “Intinya yang bisa saya sampaikan adalah Prabowo-Gibran tidak akan menaikkan tarif pajak. Prabowo-Gibran juga tidak akan mengejar rakyat banyak, apalagi mahasiswa, apalagi pemilik motor,” ujar Drajad saat itu.
Namun, beberapa bulan setelah pasangan ini resmi memimpin, beredar kabar bahwa rezim Prabowo-Gibran justru tengah mempertimbangkan kenaikan pajak. Jejak digital pernyataan tersebut kini ramai diperbincangkan oleh warganet yang menilai adanya inkonsistensi antara janji kampanye dan kebijakan pasca-terpilih.
Tak sedikit yang melontarkan kritik dengan menggunakan pepatah Jawa “Esok tempe, sore dele” — yang berarti janji atau pernyataan yang berubah dalam waktu singkat.
Kritik dari Warganet dan Media Sosial
Salah satu kritik tajam datang dari seorang Tiktoker dalam video pendek yang diunggah belum lama ini. Dalam video tersebut, ia menyindir para pendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Dalam video yang viral, ia menyampaikan, “Justru anda-anda kaum 58 persen (pemilih Prabowo-Gibran) yang seharusnya paling sedih di antara kita semua, karena anda adalah pemilih. Anda percaya beneran kepada Prabowo-Gibran, tapi kalau kami tidak percaya dari awal. Kalau benar pajak naik, artinya anda benar-benar dibohongi di depan muka anda sendiri.”
Ia juga menyoroti bagaimana masyarakat kerap terjebak dalam metode kampanye yang dianggap lebih mengutamakan penampilan ketimbang substansi. “Bukan asal jogetnya paling gemoy, bukan yang asal banyak artis, bukan yang paling muda. Itu semua tidak ngaruh dalam hidup anda. Tapi ini (pajak naik) paling berpengaruh,” imbuhnya dikutip KBA News, Senin, 23 Desember 2024.
Wacana kenaikan pajak oleh pemerintah Prabowo-Gibran menuai perhatian lebih karena janji untuk tidak memberatkan rakyat kecil kerap menjadi salah satu poin utama dalam kampanye mereka. Dalam situasi ekonomi yang tengah bergejolak, wacana ini tentu memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah.
Menurut para pengamat, jika kebijakan ini benar diterapkan, maka pemerintah harus memberikan penjelasan rinci terkait alasan kenaikan pajak. Salah satu ekonom yang enggan disebutkan namanya menyebutkan bahwa kenaikan pajak mungkin dilakukan untuk menutupi defisit anggaran, tetapi hal ini harus disertai dengan jaminan bahwa beban tidak akan sepenuhnya dialihkan kepada masyarakat kecil.
*“Kenaikan pajak memang bisa menjadi langkah strategis untuk memperkuat pendapatan negara, tapi pemerintah perlu memastikan adanya transparansi dalam penggunaannya. Jika tidak, kepercayaan publik akan terus menurun,”* ujarnya.
Janji Kampanye dan Realitas Politik
Fenomena janji kampanye yang tidak terealisasi sebenarnya bukan hal baru dalam dunia politik. Namun, kasus ini kembali menegaskan pentingnya evaluasi kritis terhadap janji-janji yang disampaikan selama masa kampanye. Janji Drajad Wibowo yang mewakili pasangan Prabowo-Gibran untuk tidak menaikkan pajak kini menjadi ujian besar bagi pemerintahan baru ini.
Publik tentu berharap agar pemimpin yang telah dipilih mampu menjaga integritas dan kepercayaan yang diberikan. Ke depan, konsistensi antara janji dan kebijakan akan menjadi tolok ukur penting bagi keberhasilan pemerintah Prabowo-Gibran dalam memimpin Indonesia.
Apakah wacana kenaikan pajak ini hanya sekadar isu atau benar-benar akan menjadi kebijakan resmi? Waktu akan menjawab, namun masyarakat Indonesia tentu menginginkan langkah-langkah yang adil dan bijaksana dari pemimpin yang telah mereka pilih. (EJP)