Daily News | Jakarta – Untuk kesekian kalinya opini Mantan Dubes RI untuk Polandia Haz Pohan yang ditulisnya di akun Twitter @hazpohan pada bulan Mei 2019 tentang bahaya RRT kembali viral.
Pada pasca Pilpres 2019 artikel Haz Pohan berjudul “Ex Dubes Polandia Haz Pohan Ungkap Agenda RRT di Indonesia [https://www.portal-islam.id/2019/05/ex-dubes-polandia-haz-pohan-ungkap.html] dan kembali viral akhir-akhir ini.
Berulang kali, sejak 3 tahun artikel itu selalu dimunculkan di berbagai WA Group, sehingga Haz Pohan selalu diminta klarifikasi tentang berita di Portal Islam dan komentar anonim di berbagai WhatsApp Group yang terus-menerus dimunculkan.
Dalam klarifikasi sebelumnya di tahun 2019 dia menjelaskan bahwa Portal Islam mengutip opininya tentang bahaya RRT dari kultwitnya di akun @hazpohan, dan menjadi viral dibaca sampai ratusan ribu kali.
“Artikel itulah yang kemudian dikomentari oleh opini penulis anonim yang tidak pernah dikenal Haz Pohan sendiri.”
Menurut Haz Pohan, setidaknya ada dua kali artikel Portal Islam itu ditambahi dengan komentar penulis anonim.
Pertama, artikel di Portal Islam itu dilengkapi dengan komentar dengan judul baru: “Skenario dan Prediksi Jika Rezim ini Kembali Berkuasa”. Untuk itu, Haz Pohan menanggapinya dalam berita di Daily News Indonesia berjudul “RRT Kian Mengancam Indonesia?” [https://www.dailynewsindonesia.com/lainnya/opini/rrt-kian-mengancam-indonesia/]
Kedua, artikel itu dimunculkan kembali dengan komentar lebih keras, bahwa pada periode 2019-2024 akan terjadi migrasi besar-besaran rakyat China ke Indonesia, minimal 25-50 juta.
“Saat pilpres 2024 akan dimunculkan boneka baru guna melanjutkan semua grand strategy China untuk menguasai Indonesia manjadi bagian dari RRC Raya. Pengiriman manusia Cina ke Indonesia makin masif, hingga tahun 2029 bisa menjadi 100 juta. Sesuatu yang mudah karena semua kebijakan mereka yang atur,” pernyataan penulis anonim itu.
“Saat pilpres 2029, boneka mereka kembali di-setting agar kembali berkuasa untuk periode keduanya (seperti Jkw sekarang). Selama pemerintahan boneka periode kedua ini jumlah manusia China di Indonesia bisa mencapai 200 juta lebih!”
“Saat Pilpres 2034, berkat UU yang sudah diamandemen (presiden tidak harus orang asli pribumi), maka tampillah capres yang full secara fisik dan mental (jiwa raga) adalah ras cina. Mereka akan menang dengan mudah, bahkan jika pemilu dilaksanakan secara “jurdil”pun, karena jumlah mereka sudah sangat banyak.”
“Belum lagi ditambah dengan suara pribumi-pribumi dungu yang sejak awal gak mikir soal kedaulatan dan martabat bangsa (kalangan abangan, sepilis, atheis, eljibiti, hobi maksiat, dll). Nama Indonesia akan tinggal menjadi kenangan, mungkin diganti Indocina,” lanjut komentar penulis anonim itu.
Komentator anonym itu menyimpulkan bahwa dalam kurun 2019-2034 itu, seluruh aspek kehidupan akan dikendalikan oleh RRC.
“Secara spesifik, ideologi Pancasila akan dihapus, komunisme dikembangkan, umat Islam (target utama) akan ditindas habis-habisan, masjid-masjid dikekang dan secara perlahan dihancurkan, lembaga-lembaga keislaman (sekolah, PT, ponpes, badan-badan amal syariah dll.) akan ditekan dan dihabisi karena menjadi virus munculnya perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa.”
“Pendek kata, Indonesia akan menjadi Uighur / Xinjiang (Turkistan Timur) yang dijajah total. Semua simbol dan ritual yang berbau Islam akan ditindas dan dihabisi. Pada saat yang sama akan dibangun kamp-kamp indoktrinasi bagi anak-anak untuk dididik menjadi komunis sejati” tulis opini anonim itu..
Menurut penulis itu, jika kecenderungan ini dibiarkan berlanjut, maka pada tahun 2034 Indonesia benar-benar lenyap.
“Tetapi Haz Pohan berpendapat scenario terburuk ini masih bisa dihindarkan, asal rakyat Indonesia khususnya kaum Muslim mau memperjuangkan kedaulatannya dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan RRC”, jelas opini itu.
Haz Pohan yang hadir dalam acara iftar Forum Konstitusi itu menegaskan-ulang bahwa diteliti lebih mendalam tampak bahwa kedua komentar penulis anonym itu tidak menjadi bagian dari artikel di Portal Islam.
“Memang, di permukaan seakan-akan komentar itu opini tambahan seperti opini yang saya tuliskan,” tegas Haz Pohan kepada DNI News.
“Pada dasarnya, komentar penulis anonim itu berangkat dengan asumsi dasar dan kesimpulan yang sama dengan opini saya, mengenai agresif-nya RRT ingin menguasai Indonesia, dengan menggunakan semua instrumen yang ada: termasuk para diaspora dari kalangan konglomerat di Indonesia.”
“RRT itu tetap memiliki agenda komunis. Dulu gagal di tahun 1965, kini mereka menerapkan strategi berbeda, termasuk bekerjasama dengan kekuatan kapitalisme dalam bentuk ‘state capitalism selama dua dekade.”
Haz Pohan juga menyampaikan penilaiannya terhadap situasi kontemporer RRT dan dampaknya terhadap Indonesia pada acara iftar Forum Konstitusi yang berlangsung di Hotel Sultan, Minggu (10/4).
Dalam acara itu, hadir Koordinator Grup Konstitusi M Hatta Taliwang, peneliti senior BRIN Siti Zuhro, Ketua Umum Gerakan Bela Negara Brigjen TNI (Purn) Hidayat Poernomo, Prof Achmad Mubarok, Ichsanuddin Noorsy, Sayuti Asyathri, Ahmad Yani, M Jumhur Hidayat, Ali Hardi Kiai Demak, Bambang Wiwoho, Dr. Mulyadi, Eggy Sudjana dan beberapa tokoh serta komunitas emak-emak.
Haz Pohan menyatakan perubahan geopolitik –situasi Covid dan dampaknya terhadap goncangan ekonomi dunia dan konflik baru di Eropa berkaitan dengan situasi di Ukraina– telah memperlemah leverage RRT di tingkat global, regional dan di Indonesial.
“Covid-19 telah memperlemah leverage Beijing untuk memengaruhi course of events global karena telah memaksa China untuk memprioritaskan kepentingan ekonomi di dalam negeri, berupa structural adjustment yang sangat menyakitkan di dalam negeri.”
“Tekanan Amerika di bawah administrasi Presiden Joe Biden terhadap China adalah pembalikan sikap AS yang kini menganggap Beijing menjadi tantangan utama bagi Amerika yang menggiring situasi ke arah ‘new containment policy’, yang menempatkan f ocus Amerika kini pada tantangan yang dilancarkan oleh RRT.”
“Ketegangan baru di Eropa karena invasi Rusia di Ukraina lebih mempertajam pertentangan antara kubu demokrasi dipimpin Ameriak menghadapi kubu otoritarianisme yang diwakili oleh Rusia dan China, dibarengi dengan tekanan ekonomi oleh kubu Amerika melalui pemberlakuan embargo dalam skala yang unprecedented,” observasi Haz Pohan.
Menurut Haz, konflik di Ukraina semakin mempersulit posisi China secara ekonomi karena ruang geraknya di tataran ekonomi global kian menyempit.
“Situasi global kontemporer ini semakin memperlemah leverage RRT untuk melancarkan pengaruhnya terutama di kawasan regional Pasifik dan khususnya di Asia Tenggara, justru menjadi kesempatan bagi Indonesia –negeri terbesar di ASEAN untuk melepaskan diri dari ketergantungannya dengan China.”
“Justru keadaan ini menjadi menguntungkan bagi Indonesia dan mesti dimanfaatkan untuk kembali meneguhkan politik dan kebijakan luar negeri bebas dan aktif yang bebas dari pengaruh RRT,” tegasnya.
“Jadi kini telah terjadi pembalikan situasi dengan melemahnya leverage China terhadap situasi di dalam negeri kita, dan ini harus digunakan dengan baik oleh para pemimpi Indonesia hasil pemilu 2024 untuk menegakkan kembali kedaulatan negara dan fokus pada agenda pemberdayaan rakyat Bumiputera sebagai pemilik dan pewaris sah negeri ini dari ancaman oligarki yang dijadikan sebagai instrument polugri China,” tutup Haz Pohan. (DJP)